Rabu, 22 September 2010

Bayang-bayang di kamarku

Kamarku adalah sebuah tempat dimana semua keajaiban berasal. Kamarku selalu penuh keajaiban-keajaiban yang tidak terpikirkan oleh orang lain. Namun sayang, hanya aku yang bisa melihat semua keajaiban di kamarku ini. tentu saja karena semua keajaiban yang ada dalam kamarku tercipta untukku.

Pertama kali aku melihatnya dalam hidup ini saat dia masih sebentuk bayang-bayang dalam kamarku. Dia selalu hadir disaat aku akan beranjak tidur. Melayang-layang diatas diriku, lalu perlahan turun memelukku disaat tidur. Selalu ada di sampingku saat aku terbangun di malam sunyi dan menghilang saat pagi mulai datang.

Sejak saat itu, aku selalu merasa kedamaian selalu datang disaat aku tidur. Aku selalu takut malam hari tapi tidak saat bayang-bayang itu mucul. Rasa nyaman di peluknya membuat aku selalu ingin malam. Aku hanya menginginkan malam karena hanya saat malam bayang-bayang itu mucul. Aku juga membenci pagi, karena disaat pagi bayang-bayang itu pasti sudah menghilang. Aku juga tidak pernah melihat secara langsung saat bayang-bayang itu pergi, dan lewat mana dia pergi. Yang aku pedulikan hanyalah aku merasa nyaman dengan dia, dan aku tidak merasa perlu tahu tentang dia.

Bayang-bayang itu muncul jelas dalam hidupku sejak aku berumur 9tahun, saat aku belum mengenal pubertas pertama. Dan bukan kedewasaanlah yang menentukan pengetahuan, karena pada faktanya orang tuaku yang jauh lebih dewasa tidak pernah mengenal bayang-bayang.

Dari perkenalan pertama dengannya, dan kenyamanan bersamanya aku merasakan suatu perasaan ketergantungan. Aku hanya bisa tidur setelah bayang-bayang itu muncul. Seberapa sibuknya dia berada dalam dunia bayang-bayang dia harus tetap ada menemaniku dalam malam.

Si bayang-bayang menjadi satu-satunya temanku, dan semua yang terjadi antara aku dan dia hanya menjadi rahasia kita berdua. Pernah aku berkata kepada ayahku tentang bayang-bayang itu disaat umurku 10tahun.

“ayah,kenapa setiap malam aku melihat bayang-bayang di dalam kamarku? Apa ayah mengenalnya?” tanyaku di suatu waktu.

“hm.......” ayah sepertinya benar-benar bingung dan tidak mempunyai jawaban

“ jika belum, ayah harus berkenalan dengannya, dia hebat... bisa melayang-layang di udara. Sayangnya dia hanya datang saat malam hari” kataku bersemangat sekali

“sepertinya kita harus ke psikiater” kata ayah dengan wajah cemas

Setelah kejadian itu aku tidak pernah menanyakan kepada ayah tentang bayang-bayang itu. Aku tidak tahu apa itu psikiater, tapi melihat wajah cemas ayah aku merasa psikiater adalah seorang makluk yang dapat mengatasi semua masalah, semacam polisi mungkin.

Semenjak itu pulalah aku juga tidak ingin membicarakan dengan orang lain tentang bayang-bayang itu, aku bersyukur jika tidak ada yang mempercayai bahwa bayang-bayang itu nyata. Bagiku dia hanya hidup untukku dan orang lain tidak perlu tahu. Karena itu urusanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar