Minggu, 04 Juli 2010

Cerita Dari Aku Yang Miskin

Aku miskin, saudaraku miskin, emakku miskin, bapakku miskin, tetangga-tetanggaku juga miskin. Semua miskin. Namun, aku ingin kaya, saudaraku ingin kaya,emakku ingin kaya, bapakku ingin kaya, tetangga-tetanggaku ingin kaya. Semua ingin kaya. Semua yang miskin ingin kaya namun semua yang kaya tidak ingin miskin. Itu pasti.

Emakku sering bilang jika menjadi orang kaya itu enak, bisa membeli apapun yang diperlukan, bisa memakai listrik,bisa mempunyai televisi untuk melihat wajah sumringah orang-orang kaya,bisa membeli baju atau setidaknya bisa membeli selimut baru agar kita tidak selalu kedinginan diwaktu tidur. Aku sendiri tidak tahu apakah menjadi kaya memang seenak yang dikatakan oleh emak, karena aku sendiri tahu bahwa emak, emaknya emak, emaknya emaknya emak dan emak emak diatas itu tidak ada yang pernah kaya.

Sepertinya aku memang diharuskan maklum, para emak disini suka sekali menghabiskan waktu mencari kutu satu sama lain, disaat itulah mereka saling bercerita, lebih tepatnya menggunjing. Mula-mula yang digunjing adalah mbak ani yang bekerja sebagai penari tayub dalam hajatan orang-orang desa, mereka mengatakan bahwa mbak ani wanita murahan karena suka pulang malam. Lalu ada juga bahan gunjingan yang selalu menjadi favorit mereka, korban kali ini adalah pemuda santun bernama Kurdi. Menurut mereka Kurdi adalah pria paling tampan di desa, tentu saja menjadi incaran emak-emak pencari kutu untuk dijadikan menantu.

Beda lagi dengan bapakku yang lebih cenderung pendiam, bapak tidak suka bicara yang tidak perlu, bapak orang yang malas bicara. Mungkin bapak merasa untuk apa bicara jika itu tidak membuat menjadi lebih kaya. Bapak hanya berbicara seperlunya saja.

“ Le, jika ada yang mengatakan kita miskin, jangan marah, kita memang tidak punya apa-apa. Jika ada yang bilang lebih baik kaya hati daripada kaya harta itu nggedebus . Aku berani bertaruh Le,pasti yang mengucapkan itu orang miskin yang menghibur dirinya sendiri atau orang yang sedang bangga dengan kebaikan yang sudah dilakukannya. Sekarang jaman edan Le, bagaimana kita para orang miskin harta bisa kaya hati jika mempertahankan isi perut jauh lebih susah daripada mempertahankan moral. Banyak orang yang terpaksa menjadi menjadi tidak punya hati karena lilitan ekonomi. Jika boleh memilih aku tentu lebih bahagia jika kaya harta kaya hati,ah..tapi orang-orang tidak usahlah membicarakan hati, tidak kelihatan” kata bapak sambil terus menyebulkan asap rokok. Lalu diam. Pergi keluar.

Hm..... jika semua orang didunia ini miskin, pasti tidak ada namanya orang miskin. Jika emak bisa menjadi kaya pasti bisa membeli shampo berkualitas untuk rambutnya dan keluar dari tim emak-emak pencari kutu. Bapak pasti akan lebih banyak bicara, karena pemikirannya akan berubah juga bahwa
berbicara tidak menyebabkan miskin. Mbak ani akan berhenti bermain tayub. Kurdi akan segera menikah dengan anak gadis yang pasti bukan dari emak-emak pencari kutu.

Namun, dunia memang harus diisi orang-orang yang memainkan peran miskin seperti kita ini. Terpaksa mau. Orang-orang kaya butuh orang-orang miskin untuk menyebut mereka orang kaya. Orang-orang miskin butuh orang-orang kaya untuk dimimpikan.


catatan
Tayub: merupakan salah satu kesenian Jawa yang mengandung unsur keindahan dan keserasian gerak.
Tarian ini biasa digelar pada acara pernikahan, khitan serta acara kebesaran misalnya hari kemerdekaan.
Nggedebus: omong kosong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar